Paramount Kecam Aksi Boikot Film Israel, Ini Tanggapan Film Workers for Palestine

2 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paramount Global mengecam gerakan boikot terhadap institusi film Israel yang diinisiasi oleh ribuan pekerja film internasional. Raksasa hiburan asal Amerika Serikat itu menilai boikot tersebut dapat membungkam seniman berdasarkan kewarganegaraan mereka.

"Kami tidak setuju dengan upaya memboikot pembuat film Israel. Membungkam seniman berdasarkan kewarganegaraan tidak akan memajukan perdamaian. Industri hiburan global seharusnya mendorong seniman untuk menceritakan kisah mereka dan membagikannya ke seluruh dunia," kata Paramount seperti dilansir laman Deadline, Ahad (14/9/2025).

Pernyataan itu menanggapi surat terbuka dari Film Workers for Palestine (FWP) yang ditandatangani lebih dari 4.000 sineas dunia, termasuk Emma Stone, Olivia Colman, Elliot Page, Ava DuVernay, Joaquin Phoenix, hingga Lily Gladstone. Mereka menyatakan tidak akan bekerja sama dengan institusi film Israel yang terlibat dalam genosida dan sistem apartheid terhadap rakyat Palestina.

FWP juga menegaskan bahwa boikot ini menyasar institusi, bukan individu. "Kami menargetkan institusi yang terlibat atau mendukung genosida dan apartheid di Gaza, bukan menyerang identitas pribadi siapa pun," kata FWP dalam pernyataan mereka.

Langkah ini disebut terinspirasi dari gerakan Filmmakers United Against Apartheid pada 1987, yang didirikan oleh Jonathan Demme dan Martin Scorsese pada puncak apartheid di Afrika Selatan. Menanggapi pernyataan Paramount, FWP menyayangkan jika perusahaan tersebut secara sengaja salah mengartikan isi boikot sebagai serangan terhadap individu berdasarkan identitas.

"Kami berharap Paramount tidak dengan sengaja menyalahartikan isi janji kami demi membungkam rekan-rekan di industri film. Langkah seperti itu justru akan melindungi rezim genosida dari kritik pada saat kemarahan global terhadap kekejaman ini terus meningkat," kata FWP.

FWP juga menyindir kepemilikan Paramount oleh miliarder teknologi Larry Ellison, pendiri Oracle, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. "Netanyahu, yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional atas kejahatan terhadap kemanusiaan, diketahui sempat ditawari duduk di dewan Oracle oleh Ellison, dan pernah dilaporkan berlibur di pulau pribadi milik Ellison di Hawaii," tulis FWP.

FWP mengatakan gerakan mereka berakar pada sejarah solidaritas internasional terhadap rakyat tertindas. Mereka menyatakan langkah boikot ini merupakan bentuk tanggung jawab moral terhadap sistem yang dianggap menindas rakyat Palestina, khususnya di Gaza.

"Hampir dua tahun sejak genosida Israel di Gaza dimulai, dengan belum adanya tanda-tanda akan berakhir, semakin banyak pekerja film yang menyadari bahwa menarik partisipasi mereka dari sistem yang jahat, mengutip Martin Luther King Jr, adalah kewajiban moral yang tak bisa lagi diabaikan," kata FWP.

FWP menyatakan institusi film Israel masih bisa bekerja sama dengan para penandatangan boikot, selama mereka mengakhiri keterlibatan dalam sistem apartheid dan mendukung hak-hak rakyat Palestina secara penuh berdasarkan hukum internasional. "Hingga saat ini, hampir tidak ada satu pun institusi film Israel yang memenuhi kriteria tersebut," kata FWP.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |