Teror Bangkai Burung ke Delima Silalahi Mengingatkan Teror Kepala Babi ke Tempo

3 months ago 27

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah paket mencurigakan berisi bangkai burung berdarah diterima Delima Silalahi, aktivis lingkungan hidup di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, pada Jumat pagi, 30 Mei 2025. Paket tersebut ditemukan di rumahnya di kawasan Silangit, diletakkan di atas meja ruang terbuka tempat Delima biasa menerima tamu. Tidak ada identitas pengirim, kecuali label bertuliskan “Kepada: Delima”.

“Saya tak menaruh curiga. Tapi setelah membuka kotak, isinya seekor burung mati dengan kondisi berdarah,” ujar Delima kepada Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Paket berisi burung mati berdarah yang dikirim kepada Delima Silalahi, aktivis lingkungan di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Jumat 30 Mei 2025. Dok: KSPPM

Delima meyakini kiriman itu merupakan bentuk teror, terutama karena ia dikenal sebagai sosok yang vokal menentang keberadaan dan operasi PT Toba Pulp Lestari (TPL). Delima bersama kelompok advokasi lingkungan Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) telah lama menyuarakan kritik terhadap perusahaan tersebut yang dianggap merusak ekologi dan menyebabkan konflik sosial di wilayah adat Tano Batak. Sikap ini turut didukung oleh pimpinan gereja HKBP yang meminta pemerintah menutup operasional TPL.

Tak hanya itu, Delima menduga teror itu berkaitan dengan demonstrasi buruh TPL pada 26 Mei 2025. Dalam aksi tersebut, nama Delima dan dua aktivis lingkungan lainnya disebut sebagai pihak yang harus ditangkap karena dianggap memicu konflik antara masyarakat dan perusahaan.

Menanggapi tudingan tersebut, Salomo Sihotang, Kepala Komunikasi Korporat TPL, membantah keterlibatan perusahaannya dalam demonstrasi tersebut maupun dalam dugaan teror. “Kami menghargai hak setiap pihak untuk menyampaikan pendapat, namun berharap hal tersebut didasarkan pada data dan fakta yang akurat,” kata Salomo. Ia juga menegaskan bahwa TPL telah diaudit Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2022-2023, dan tidak ditemukan pelanggaran terhadap aturan lingkungan maupun sosial.

Delima berencana menemui Kapolres Toba, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, dan Samosir untuk melaporkan insiden tersebut dan mendesak jaminan keamanan. “Kami akan meminta kepolisian menciptakan situasi kondusif,” katanya.

Teror Kepala Babi dan Bangkai Tikus di KantorTempo

Kejadian yang menimpa Delima mengingatkan pada serangkaian teror yang menyasar redaksi Tempo pada Maret 2025. Kala itu, Francisca Christy Rosana, jurnalis politik Tempo sekaligus host siniar Bocor Alus Politik, menerima kiriman kepala babi tanpa telinga diikuti dengan kiriman kardus berisi enam bangkai tikus got yang telah dipenggal.

Paket berisi kepala babi yang ditujukan kepada wartawan Tempo Fransisca Christy Rosana di Kantor Tempo, Jakarta, 20 Maret 2025. Ikatan Wartawan Hukum atau Iwakum mengecam keras aksi teror berupa pengiriman kepala babi kepada wartawan Tempo dan host siniar Bocor Alus Politik Francisca Christy Rosana alias Cica. Iwakum menegaskan bahwa tindakan teror semacam ini bentuk intimidasi keji yang tidak hanya mengancam keselamatan individu, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kebebasan pers di Indonesia. Tidak boleh dibiarkan dan harus diusut tuntas oleh aparat penegak hukum. Tempo/Amston Probel

Tak berhenti pada pengiriman paket, akun Instagram @derrynoah mengirim ancaman digital dan menyebarkan data pribadi Francisca.

“Teror akan terus berlanjut sampai mampus kantor kalian,” tulis akun tersebut dalam pesan yang dikirim ke akun resmi Tempo, disertai emotikon mengejek. Paket pertama diterima 19 Maret 2025, hanya sehari sebelum DPR mengesahkan revisi Undang-Undang TNI yang saat itu tengah diliput intensif oleh Francisca.

“Teror kepala babi dan tikus ini merupakan bentuk baru yang lebih brutal. Sebelumnya serangan ke kami sebatas digital, intersepsi, penyadapan, dan serangan siber,” kata Bagja Hidayat, Wakil Pemimpin Redaksi Tempo. Ia menyebut metode teror ini sebagai “pengecut dan tak bermoral”, karena menjadikan binatang sebagai alat intimidasi terhadap manusia.

Simbol Teror Bangkai sebagai Pesan

Penggunaan hewan mati sebagai simbol teror bukan hal baru dalam sejarah kekerasan politik dan sosial. Kepala babi, burung berdarah, dan tikus yang dimutilasi membawa pesan simbolik: kekotoran, kehinaan, dan intimidasi. Aksi ini bertujuan memukul psikologis korban, memberi peringatan agar “diam”, serta menyampaikan bahwa pelaku mengetahui keberadaan dan aktivitas korban secara pribadi.

Motif dari metode ini juga kerap menunjukkan dua hal: ancaman kekerasan yang belum tentu langsung fisik, namun bersifat psikis, serta pesan politik terselubung untuk membungkam kritik. Baik dalam kasus Delima Silalahi maupun Tempo, korban sedang terlibat dalam pelaporan atau advokasi terhadap isu-isu yang menyentuh kepentingan kekuasaan dan korporasi.

Pihak kepolisian diminta bertindak cepat. Dalam kasus Tempo, Badan Reserse Kriminal Mabes Polri telah menerima laporan dan memeriksa bukti-bukti awal. Namun dalam banyak kasus serupa, pelaku sering kali tak teridentifikasi atau tidak dibawa ke pengadilan.

Serangan terhadap Delima Silalahi dan wartawan Tempo menambah daftar panjang ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan advokasi di Indonesia. Baik aktivis lingkungan maupun jurnalis menghadapi risiko besar ketika berhadapan dengan kepentingan korporasi atau kekuasaan negara.

Egi Adyatama dan Sahat Simatupang berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |