TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan bahwa Teheran tidak akan menghentikan pengayaan uranium. Pada Rabu, 4 Juni 2025, ia menolak tuntutan utama AS untuk menyelesaikan sengketa nuklir selama puluhan tahun. Menurut Khamenei, ini bertentangan dengan kepentingan Republik Islam tersebut.
Proposal AS untuk kesepakatan nuklir baru disampaikan kepada Iran di hari Sabtu oleh Oman. Proposal ini telah memediasi pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dan utusan Timur Tengah Presiden Donald Trump, Steve Witkoff.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah lima putaran pembicaraan, beberapa masalah yang sulit dijembatani tetap ada, termasuk desakan Iran untuk mempertahankan pengayaan uranium di wilayahnya. Iran juga menolak mengirim ke luar negeri seluruh persediaan uranium yang sangat diperkaya. Uranium yang diperkaya ini kemungkinan adalah bahan baku bom nuklir.
"Pengayaan uranium adalah kunci program nuklir kami dan musuh telah berfokus pada pengayaan," kata Khamenei dalam pidato di televisi yang disiarkan oleh Al Arabiya. Dia menyebutkan bahwa proposal AS bertentangan dengan keyakinan Iran pada kemandirian dan prinsip bahwa mereka bisa.
“Para pemimpin Amerika yang kasar dan arogan berulang kali menuntut agar kami tidak memiliki program nuklir. Siapa Anda yang memutuskan apakah Iran harus memiliki pengayaan?,” ujarnya.
Teheran mengatakan ingin menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai. Iran juga telah lama membantah tuduhan oleh negara-negara Barat bahwa mereka berusaha mengembangkan senjata nuklir.
Pada hari Senin, Reuters melaporkan Teheran siap menolak proposal AS dengan alasan bahwa itu adalah tidak dapat dimulai. Iran gagal melunakkan sikap Washington terhadap pengayaan uranium atau untuk mengatasi kepentingan Teheran.