REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor asal Inggris Owen Cooper resmi mencatatkan sejarah di ajang Emmy Awards pada usia yang baru menginjak 15 tahun. Di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pada Ahad (14/9/2025) malam, Cooper menjadi pemenang pria termuda sepanjang masa dalam kategori akting di ajang bergengsi tersebut.
Ia meraih penghargaan Best Supporting Actor in a Limited/Anthology Series or TV Movie berkat akting memukaunya di serial Netflix "Adolescence". Kemenangannya sekaligus memecahkan rekor yang telah bertahan lebih dari 50 tahun.
Cooper melampaui pencapaian Scott Jacoby yang pada 1973 meraih Emmy di usia 16 tahun untuk perannya dalam That Certain Summer. Saat menerima penghargaan di Peacock Theater, Los Angeles, Cooper tampak tak percaya dirinya bisa berdiri di panggung tersebut.
“Berdiri di sini, rasanya sangat tidak nyata. Malam ini membuktikan bahwa jika kamu mau mendengarkan, fokus, dan berani keluar dari zona nyaman, kamu bisa mencapai apapun dalam hidup,” ujarnya.
“Tiga tahun lalu saya bukan siapa-siapa, dan kini saya berada di sini. Penghargaan ini memang ada nama saya, tapi sejatinya ini milik orang-orang di balik kamera dan seluruh pemain lainnya,” kata dia lagi.
Dalam kategori yang sama, Cooper harus bersaing dengan sejumlah aktor ternama. Nominasi lain diantaranya Javier Bardem, Peter Sarsgaard, Rob Delaney, serta rekan mainnya sendiri, Ashley Walters. Meski menghadapi deretan nama besar, Cooper yang masih remaja berhasil keluar sebagai pemenang.
Nama Cooper melejit setelah memerankan Jamie Miller, seorang remaja yang teradikalisasi hingga melakukan pembunuhan terhadap teman perempuannya. Serial terbatas produksi Netflix ini digarap dengan konsep unik yaitu setiap episode direkam dalam satu pengambilan gambar tanpa potongan. Selain Cooper, "Adolescence" juga dibintangi Stephen Graham, Christine Tremarco, Erin Doherty, dan Ashley Walters.
Drama tersebut meraih popularitas global yang luar biasa, tercatat sebagai judul kedua Netflix paling banyak ditonton sepanjang masa dengan lebih dari 540 juta jam tayang, hanya kalah dari "Wednesday". Serial ini juga menjadi produksi Netflix asal Inggris dengan jumlah penonton tertinggi hingga kini.
Kisahnya memicu perbincangan luas mengenai ruang-ruang daring yang memengaruhi pemikiran anak muda laki-laki, yang kerap disebut sebagai “manosphere”. Dalam wawancara dengan The Hollywood Reporter, Cooper menyinggung soal kerentanan karakternya.
“Dia sebenarnya bisa lebih terlindungi. Dia berbicara dengan orang yang salah di dunia maya, sementara keluarganya sama sekali tidak tahu. Hal-hal sederhana seperti ibunya menyuruh dia berhenti main ponsel bisa saja menghentikan perubahan besar dalam hidupnya,” kata dia.
Cooper bersama lawan mainnya, Erin Doherty, yang berperan sebagai psikolog juga mengungkap intensitas adegan yang mereka jalani bersama. Doherty mengenang satu momen penting di episode ketiga. “Kami saling melempar emosi lebih jauh lagi. Kamu sampai menguap di wajahku! Itu tidak akan kamu lakukan kalau tidak merasa bebas. Rasanya ada unsur realisme yang luar biasa: ‘Seberapa baik kita mengenal naskah ini, seberapa jauh kita bisa saling mendorong?'," ujarnya.
Cooper mengakui beberapa momen terbaiknya justru lahir dari improvisasi. “Saya bahkan tidak sadar ketika melakukannya. Baru setelahnya saya berpikir, ‘Oh, ternyata aku melakukan itu.’ Saat saya berteriak, ‘Lihat aku sekarang!’ misalnya, itu tidak ada di naskah. Saya tidak merencanakannya. Kalimat itu begitu saja muncul di kepala, dan saya pikir itu sangat kuat. Akhirnya saya gunakan di setiap pengambilan berikutnya,” ujarnya.