Penelitian Ungkap Perubahan Iklim Tewaskan 16 Ribu Orang di Eropa

2 hours ago 3

Gelombang panas telah menewaskan belasan ribu orang di Eropa sepanjang musim panas lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Perubahan iklim diperkirakan menewaskan sedikitnya 16.500 orang di Eropa sepanjang musim panas lalu. Angka itu mencakup setengah dari total 24 ribu kematian terkait suhu panas ekstrem pada periode Juni hingga Agustus 2025.

Penelitian yang dilakukan Imperial College London dan London School of Hygiene & Tropical Medicine menggunakan model iklim serta data historis kematian untuk menghitung dampak pemanasan global. Hasilnya, suhu di 854 kota Eropa tercatat 2,2 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan jika tidak ada pemanasan global akibat aktivitas manusia.

“Sulit mendapatkan angka statistik secara real time, tapi estimasi ini hampir tepat,” kata peneliti Frederick Otto, dikutip dari Al-Mayadeen, Rabu (17/9/2025). Roma mencatat korban jiwa terbanyak dengan 835 kematian, disusul Athena 630 kematian, dan Paris 409 kematian.

Analisis ini hanya mencakup kota dengan populasi lebih dari 50 ribu jiwa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Eropa menyumbang 36 persen dari total kematian global terkait panas ekstrem, dengan rata-rata 175 ribu kematian per tahun.

Musim panas 2025 menjadi yang terpanas keempat dalam sejarah Eropa, menambah deretan catatan mengkhawatirkan. Sebelumnya, lebih dari 61 ribu orang meninggal pada 2022 dan 47 ribu orang pada 2023 akibat gelombang panas.

Studi lain yang menganalisis periode 23 Juni hingga 2 Juli 2025 menemukan perubahan iklim melipatgandakan jumlah korban jiwa akibat gelombang panas selama sepuluh hari tersebut. Milan, Barcelona, dan London termasuk kota yang mencatat korban signifikan.

Data juga menunjukkan kelompok lansia dan perempuan paling rentan terdampak. Kematian di kalangan perempuan tercatat 56 persen lebih tinggi dibanding laki-laki.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |