Politeknik Swasta Bahas Transformasi Pendidikan Vokasi

1 week ago 3

Info Event – Perkumpulan Politeknik Swasta (PELITA) Indonesia menggelar Focus Group Discussion (FGD) Nasional bertajuk “Transformasi Pendidikan Vokasi yang Merdeka dan Berdampak” pada Sabtu, 30 Agustus 2025 secara daring melalui Zoom.

Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan praktisi pendidikan vokasi. Diantaranya: Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Pelita Provinsi Bali I Wayan Gede Narayana  Wakil Ketua Komite Tetap Pendidikan Vokasi – KADIN Indonesia Ginanjar Wiro Sasmito, dan General Manager Wyndham Garden Kuta Beach Bali Ratu Agung Bagus Ngurah Putra.

Ketua Umum PELITA Indonesia Akhwanul Akhmal, dalam sambutannya menekankan pentingnya kurikulum politeknik yang terintegrasi dengan sertifikat kompetensi. “Pertanyaannya, apakah kurikulum yang kita kembangkan sudah benar-benar menuju seperti yang seharusnya? Kurikulum politeknik seharusnya diintegrasikan dengan sertifikat kompetensi, bukan sekadar Indeks Prestasi Kumulatif,” ujarnya.

Akhwanul juga mengingatkan agar kerja sama dengan mitra strategis tidak berhenti pada penandatanganan MoU semata. “Yang lebih penting adalah mengukur sejauh mana kolaborasi berjalan nyata, termasuk dengan masyarakat desa di sekitar kampus,” katanya.

FGD ini menarik perhatian lebih dari 40 peserta, yang terdiri dari para pimpinan politeknik swasta, dosen, dan praktisi pendidikan vokasi dari seluruh Indonesia. Forum ini menjadi wadah penting untuk menggali potensi, peluang, serta tantangan yang menyertai arah kebijakan terkait pendidikan vokasi yang merdeka dan berdampak, agar bisa dirasakan kebermanfaatannya bagi industri dan masyarakat luas.

Ginanjar Wiro Sasmito , mengungkapkan masih rendahnya kemampuan soft skill lulusan vokasi.  “Banyak lulusan pendidkan vokasi kurang mampu berkomunikasi, bekerja dalam tim, atau bertahan di bawah tekanan. Padahal, inilah kompetensi penting di era industri digital,” ujarnya. Menurutnya transformasi pendidikan vokasi harus berbasis teaching factory dan project-based learning agar mahasiswa benar-benar siap menghadapi dinamika industri yang semakin digital.

Iklan

Sedangkan Ratu Agung Bagus Ngurah Putra menyoroti pentingnya literasi digital, transferable skill, dan daya saing global. “Investasi pada human capital menjadi kunci keberhasilan industri. Lulusan vokasi harus menguasai keterampilan lintas bidang, mulai dari komunikasi efektif, pelayanan pelanggan, problem solving, hingga adaptabilitas,” ujarnya

Bagus Ngurah menambahkan, pendidikan vokasi tidak boleh hanya menjadi “second choice”, melainkan jalur strategis untuk meningkatkan daya saing bangsa. “Merdeka berarti fleksibel dan adaptif. Berdampak berarti memberi kontribusi nyata bagi employability, keberlanjutan, dan daya saing nasional,” katanya.

Adapun  I Wayan Gede Narayana, berpendapat keberhasilan pendidikan vokasi sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta sinergi antara industri, pemerintah, dan kampus. “Kedepannya, penerapan triple helix—kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah—harus menjadi garda terdepan pengembangan kampus vokasi,” ujarnya.

FGD ini menegaskan transformasi pendidikan vokasi hanya akan berdampak bila melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang mencakup ampus, industri, pemerintah, dan masyarakat. Fokusnya pada keterampilan nyata, sertifikasi kompetensi, serta inovasi berkelanjutan.(*)

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |