Proyek Revisi Naskah Sejarah, Pemerintah Kucurkan Dana Rp 9 Miliar

3 months ago 25

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah tengah menyusun ulang sejarah Indonesia dengan melibatkan 100 sejarawan. Proyek ini ditargetkan rampung pada HUT ke-80 RI dengan tujuan memperbarui isi sejarah berdasarkan temuan-temuan terbaru.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan bahwa pemerintah mengalokasikan dana sekitar Rp9 miliar untuk mendukung proses revisi buku sejarah tersebut. "Saya lupa anggarannya berapa, enggak banyak sih. Kalau tidak salah catatannya Rp9 miliar," kata Fadli saat ditemui di kompleks parlemen, Jakarta, Senin, 26 Mei 2025 dikutip dari Antara.

Revisi buku sejarah ini, kata dia, bukan sekadar perubahan kecil. Proses pembaruan melibatkan tim besar yang terdiri dari 113 penulis, 20 editor jilid, serta tiga editor umum. Tim tersebut berasal dari berbagai latar belakang akademis dan wilayah di Indonesia, mencakup sejarawan, arkeolog, ahli geografi, serta pakar ilmu humaniora lainnya, dari Aceh hingga Papua. 

Menurut dia, pembaruan buku sejarah akan dilakukan secara inklusif dengan mengedepankan perspektif Indonesia sentris mulai dari sejarah awal Indonesia, masa penjajahan, perang kemerdekaan, era reformasi, sampai era pemilu.

"Jadi, kita ingin sejarah ini ditulis secara inklusif dengan Indonesia sentris jadi perspektif Indonesia, kalau perspektif Belanda tidak ada penjajahan ya (di Indonesia), mereka melihatnya berbeda," katanya.

Lebih lanjut, Fadli memberikan contoh tentang bagaimana sejarah agresi militer sering kali dilihat berbeda antara Indonesia dan Belanda. "Misalnya agresi militer I dan agresi militer II, kalau versi Belanda adalah aksi polisionil I dan aksi polisionil II, karena itu penertiban dari pengacau-pengacau keamanan bagi Belanda," katanya.

Ia juga mengangkat contoh tentang tokoh pejuang nasional Bung Tomo yang dalam perspektif penjajah dianggap sebagai ekstremis dan teroris, namun bagi rakyat Indonesia adalah pahlawan yang berani dan berjasa.

Upaya penyusunan ulang buku sejarah ini telah dimulai sejak Januari 2025 dan ditargetkan selesai pada Agustus 2025.

Menteri Kebudayaan turut menyoroti pentingnya revisi buku sejarah ini bagi pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda Indonesia. 

Dia khawatir tanpa pemahaman sejarah yang cukup, anak-anak muda bisa melupakan atau bahkan tidak mengenal tokoh-tokoh penting dalam sejarah bangsa.

"Dikira Soekarno Hatta itu satu nama, karena nama bandaranya Soekarno-Hatta, apalagi disingkat Soetta sekarang, ada nama baru. Jadi, ini menurut saya berbahaya untuk jati diri dan karakter diri kita," katanya.

Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |