Cerita Harry Truman Ikut Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Sebelum Hengkang

3 months ago 28

TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog Harry Truman Simanjuntak awalnya menyambut baik ajakan untuk bergabung dengan Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia yang dimotori Kementerian Kebudayaan. Dia melihat proyek ini sebagai peluang untuk memperbarui data berdasarkan temuan-temuan terbaru. Namun, belum genap sepuluh hari bekerja, Truman yang didapuk sebagai editor untuk jilid pertama memutuskan mundur dari tim.

Bercerita kepada Tempo pada Senin, 26 Mei 2025, Truman menyebut pernah menulis bagian prasejarah juga dalam proyek buku sejarah sebelumnya. Dia awalnya berharap bisa berkontribusi lebih banyak dalam penulisan terbaru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pada penulisan buku sejarah sebelumnya saya diminta mengeditori jilid prasejarah, kesempatan baik untuk menjelaskan apa dan bagaimana prasejarah kita,” kata profesor riset dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang kini telah melebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Truman ingat betul bahwa ajakan yang datang padanya menyangkut pemutakhiran data. “Klop (cocok) dengan prasejarah, yang dalam penelitian selama dasawarsa belakangan, banyak temuan baru,” tuturnya.

Menurut dia, ilmu pengetahuan terus berkembang, sehingga perlu diperbaharui secara berkala. Artinya, proyek penulisan ulang sejarah Indonesia bisa melengkapi buku sebelumnya.  

Truman akhirnya memutuskan keluar sebelum sempat menulis konten karena merasakan sejumlah ketidaksesuaian secara akademis. Beberapa metode, menurut dia, tidak sejalan dengan prinsip keilmuan Dalam surat bertarikh 22 Januari 2025, penerima Sarwono Award 2015 ini menyampaikan alasan pribadi dan akademis di balik pengunduran dirinya.

Ada tiga alasan yang membuat Truman hengkang. Pertama, dia mengkritisi metode kerja tim yang sejak awal sudah memberikan kerangka penulisan (outline) jadi kepada para anggota. Padahal, outline seharusnya disusun bersama oleh para pakar sejarah dan prasejarah, atau diserahkan sepenuhnya kepada editor.

Kedua, dia menyoroti penghapusan istilah ‘prasejarah’ dan penggantian istilah tersebut dengan ‘sejarah awal’ dalam bab pertama. Hal itu dianggap keliru secara epistemologis. Dalam ilmu sejarah, kata Truman, periode sejarah dimulai setelah manusia mengenal tulisan, sementara masa sebelumnya termasuk ranah prasejarah dengan pendekatan tersendiri.

“Kalau awal sejarah kita adalah periode Hindu-Budha, dan itu bukan prasejarah,” tutur Truman.

Truman, yang merupakan direktur di Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia, bahkan sempat berdebat dengan anggota tim lain terkait hal ini. Dia sempat menyusun serta mempresentasikan outline alternatif yang menekankan pentingnya penjelasan prasejarah di bagian awal buku.

Alasan ketiga yang membuat Truman mundur adalah rencana untuk menulis sejarah hingga masa kepresidenan Joko Widodo. Truman menilai langkah tersebut berisiko menimbulkan bias, mengingat Jokowi baru satu tahun meninggalkan jabatannya. Dia juga heran dengan syarat pengambilan keputusan soal istilah, yang ternyata harus disetujui beberapa menteri.

“Maka dari itu independensi kepenulisan sejarah ini dipertanyakan,” ucap Truman.

Setelah mundur, Truman tak lagi mengikuti perkembangan tim. “Jadi tidak tahu apa ada perubahan (lainnya),” katanya. “Yang saya dengar di luar, katanya buku ini akan berstatus ‘sejarah resmi’. Rencana pemberian status untuk buku itu belum diketahui Truman saat bergabung.

M. Faiz Zaki berkontribusi dalam tulisan ini.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |