REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN --Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, tengah bertransformasi menjadi desa budaya sekaligus desa mandiri berbasis teknologi. Melalui program pengabdian kepada masyarakat, dosen Akprind University bekerja sama dengan warga setempat menghadirkan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang menyentuh sektor pertanian, UMKM, hingga wisata budaya.
Desa Madurejo dikenal sebagai salah satu sentra pertanian padi sekaligus desa budaya yang ditetapkan sebagai desa rintisan budaya. Selain itu, Madurejo juga memiliki potensi wisata alam, seni tradisi, dan UMKM yang semakin berkembang. Namun, masyarakat masih menghadapi sejumlah permasalahan seperti keterbatasan teknologi pertanian, pengolahan produk UMKM yang masih manual, serta pengelolaan wisata yang belum dikelola secara profesional.
Untuk menjawab tantangan tersebut, tim pengabdian Universitas AKPRIND Indonesia menghadirkan beragam solusi berbasis TTG. Di bidang pertanian, Kelompok Tani Morobangun diperkenalkan pada sistem irigasi sprinkler dan pengolahan tanah yang lebih efisien. Teknologi ini diharapkan dapat mempercepat siklus tanam bawang merah dan cabai sekaligus menekan biaya produksi.
Di sektor UMKM, para pelaku usaha kecil mendapat bantuan mesin peniris minyak dan mesin pengiris bawang. Sebelum adanya TTG, proses pengirisan dan penirisan dilakukan manual sehingga memakan waktu, hasil tidak seragam, dan produk memiliki kandungan minyak tinggi. Kini, dengan mesin modern, kapasitas produksi meningkat hingga 200 persen, hasil lebih seragam, kandungan minyak berkurang sekitar 30 persen, dan daya simpan produk menjadi lebih lama.
Sementara itu, Pokdarwis Sandjojo Redjo yang mengelola kawasan wisata agro-budaya di Dusun Beloran juga merasakan manfaat program. Mereka didampingi dalam pengembangan wisata edukasi pertanian berbasis teknologi serta digitalisasi manajemen wisata. Konten promosi berbasis media sosial mulai diperkuat, paket wisata edukasi pertanian dirancang, dan rencana pembangunan greenhouse berbasis IoT mulai digagas.
Suasana Pelatihan TTG pada UMKM di Kalurahan Madurejo sangat Antusias
Menurut Aji Pranoto, SPd, MPd, Ketua Pelaksana kegiatan pengabdian, keberhasilan program ini ditentukan oleh partisipasi aktif masyarakat. "Kami tidak hanya membawa teknologi, tetapi juga memastikan warga mampu mengoperasikan, merawat, dan mengembangkannya. Teknologi Tepat Guna yang kami terapkan benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Madurejo, sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan," ujarnya.
Aji menambahkan, program ini dirancang tidak berhenti pada penerapan teknologi, melainkan juga menekankan aspek keberlanjutan. “Pendampingan dan evaluasi terus dilakukan agar hasilnya tidak sekadar sementara. Harapan kami, Madurejo dapat menjadi desa percontohan dalam memadukan budaya dan teknologi untuk membangun kemandirian ekonomi," ujarnya.
Keberhasilan program ini juga tidak lepas dari dukungan pendanaan pemerintah. Kegiatan terlaksana berkat adanya dukungan dana hibah dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Dukungan ini menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong kolaborasi perguruan tinggi dengan masyarakat untuk menghadirkan inovasi yang bermanfaat langsung.
Hasil nyata dari program ini terlihat jelas. Pada sektor pertanian, biaya pengolahan tanah menurun karena penggunaan TTG lebih efisien dibanding metode konvensional. Pada sektor UMKM, kualitas produk meningkat sehingga lebih mudah dipasarkan. Pada sektor pariwisata, potensi edukasi pertanian mulai memberi daya tarik baru bagi wisatawan.
Lurah Madurejo H. Sumadi juga menyampaikan apresiasi. "Sinergi dengan dosen Akprind ini sangat membantu kami. Teknologi yang dibawa bukan hanya mempercepat kerja, tetapi juga menambah nilai tambah produk dan memperkuat identitas budaya Madurejo. Kami berharap kerja sama ini terus berlanjut," ungkapnya.
Selain menghadirkan teknologi keras berupa mesin, tim pengabdian juga memperkenalkan inovasi dalam pengelolaan manajemen seperti pelatihan manajemen usaha, pencatatan keuangan, dan pelatihan desain kemasan digital. Inovasi ini dinilai penting untuk memperkuat kapasitas manajemen dan pemasaran agar produk lokal mampu bersaing di pasar modern.