REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) berencana melanjutkan transformasi bisnis salah satunya dengan melepas sejumlah anak usaha. Sebagai contoh, lini usaha penerbangan Pertamina, PT Pelita Air Service (PAS), sedang dijajaki untuk bergabung dengan Garuda Indonesia. Sektor lain seperti asuransi, layanan kesehatan, hospitality, dan Patra Jasa juga akan dikonsolidasikan sesuai roadmap yang telah disiapkan.
Pertamina menekankan akan memperkuat struktur organisasinya dengan membentuk Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyebut langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan menjawab tantangan energi global sekaligus memastikan ketahanan, ketersediaan, dan keberlanjutan energi nasional.
Direktorat baru tersebut dipimpin Agung Wicaksono. Posisi ini lahir seiring mandat Pertamina sebagai bagian dari ekosistem Danantara dan Kementerian BUMN untuk mempercepat transisi energi serta menjaga daya saing bisnis migas dan energi baru terbarukan (EBT).
Simon menjelaskan, Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis memiliki tiga pilar utama. Pertama, menjadikan Pertamina lebih adaptif agar lincah merespons dinamika global dan nasional. Kedua, mengintegrasikan aspek keberlanjutan ke dalam bisnis supaya sejalan dengan agenda transisi energi dan target Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.
“Ketiga, memperkuat sinergi dengan pemerintah melalui advokasi kebijakan strategis yang berdampak bagi perusahaan dan negara,” ujar Simon dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Mandat tersebut akan diwujudkan melalui sejumlah fokus utama, antara lain penyelarasan inisiatif perusahaan dengan arah Danantara, serta integrasi operasional bisnis di sektor hilir. Proses penggabungan melibatkan Pertamina Patra Niaga, Kilang Pertamina Internasional, dan Pertamina International Shipping, yang ditargetkan rampung akhir 2025.
Selain integrasi, Pertamina juga mendorong optimasi proses bisnis di seluruh lini agar lebih efisien dan efektif. “Semua langkah dilakukan untuk menjaga reputasi perusahaan dan memperkuat kepercayaan pemangku kepentingan melalui advokasi kebijakan yang kuat serta komunikasi yang efektif,” kata Simon.
Ia menegaskan fokus utama bisnis Pertamina tetap pada sektor minyak dan gas serta energi terbarukan. Sementara itu, beberapa unit usaha non-core diarahkan pada skema spin off dan pengelompokan (clustering) dengan perusahaan sejenis di bawah koordinasi Danantara.
Melalui langkah-langkah tersebut, Pertamina berharap dapat meneguhkan posisinya sebagai perusahaan energi yang menopang kebutuhan dalam negeri sekaligus selaras dengan transformasi global menuju energi bersih.