REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada cara agar harta yang kita miliki di dunia bisa 'dibawa' ke akhirat. Salah satunya adalah dengan mewakafkan harta di dunia.
Pegiat Wakaf Syahru Aryansyah, dalam salah satu pernyataannya kepada Republika beberapa waktu lalu, menjelaskan soal pentingnya berwakaf. Dia menekankan bahwa harta itu sebenarnya bisa ‘dibawa’ mati. Caranya, dengan berwakaf. Berwakaf tidak perlu menunggu kaya. Semua Muslim bisa melakukannya.
"Kalau kita bicara aset atau uang lalu kita simpan sebagian untuk kehidupan di dunia maka wakaf itu menjadi bekal kita untuk di akhirat. Jadi apakah harta bisa ‘dibawa’ mati, bisa, dengan wakaf Insya Allah," ujar dia.
Syahru mengatakan, sangat banyak literatur baik di Alquran dan Hadits yang membahas wakaf. Contoh yang umum diketahui Muslim kebanyakan adalah wakaf yang dilakukan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW. "Misalnya Utsman bin Affan dengan wakaf sumurnya, dan Umar bin Khattab dengan kebun Khaibarnya, itu harta-harta terbaik mereka," katanya.
Untuk berwakaf, lanjut Syahru, tidak perlu menunggu kaya raya. Sebab wakaf itu waktu dan jumlahnya pun tidak dibatasi. Kapan pun bisa berwakaf. Karena itu Global Wakaf sangat memberi perhatian pada ekonomi produktif.
"Dengan cara apa? Dengan me-landing-kan semua aset wakaf baik dalam bentuk fisik maupun wakaf tunai, itu diproduktifkan dalam berbagai portofolio ekonomi produktif," tutur dia.
Syahru juga memaparkan, pada hakikatnya, ekonomi produktif itu harus memenuhi beberapa kriteria. Dalam Islam, jenis filantropi yakni zakat, infak, sedekah dan wakaf. Berbeda dengan wakaf, zakat, infak dan sedekah harus segera disalurkan.
"Sedangkan wakaf dalam Islam ini menjadi filantropi tertinggi. Jadi kalau disebut sedekah jariyah memang iya tapi yang sustain (berlanjut terus-menerus) dan bisa mengalir sepanjang zaman meski kita sudah tidak ada, para wakif insya Allah akan mendapatkan berkah dan manfaatnya atas sustainability dari wakaf tadi," jelasnya.
Karena itu pula, Syahru menambahkan, wakaf yang diberikan tidak boleh tanggung. Pertama yang harus diperhatikan, wakaf itu harus berupa harta yang paling dicintai. Seandainya ingin berwakaf tanah tapi ada di ujung dunia, maka tentu ini tidak bisa diproduktifkan.
"Berarti kita asal ngasih aja. Kedua, hartanya harus yang terbaik. Mau aset atau cash, itu adalah harta terbaik kita yang harus kita serahkan. Seperti contoh Ustman bin Affan dan Umar bin Khattab tadi," ungkapnya.
sumber : Dok Republika