Di Balik Tanggul Beton Cilincing, Hidup Nelayan Makin Terhimpit

11 hours ago 4

Oleh: Bayu Adji P

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan tanggul beton sepanjang 2-3 kilometer di kawasan perairan Cilincing, Jakarta Utara, ramai dalam beberapa hari terakhir. Yang jadi soal, tanggul beton yang melintang di atas laut itu disebut membuat jalur lintasan para nelayan tradisional di kawasan tersebut terganggu. 

Republika mencoba melihat langsung sejauh mana keberadaan tanggul beton itu mengganggu aktivitas nelayan pada Kamis (11/9/2025) pagi. Dari dekat Dermaga Nelayan Cilincing, tanggul beton nampak samar melintang di kejauhan. 

"Awalnya mah itu hanya 100 meter, sekarang udah sebegitu," kata Tole (35 tahun), salah seorang nelayan yang sedang memindahkah kerang hijau hasil tangkapannya dari kapal ke daratan di Dermaga Nelayan Cilincing, Rabu pagi.

Menurut dia, keberadaan tanggul beton itu juga berdampak kepada aktivitas para nelayan di kawasan Cilincing. Pasalnya, laut yang ditanggul beton itu merupakan jalur perlintasan nelayan. Alhasil, nelayan harus mengambil jalan lebih jauh untuk berangkat ke laut. "Kita jadi muter," ujar Tole.

Dari daratan, keberadaan tanggul itu memang tidak terlalu nampak. Karena itu, Republika memutuskan berangkat ke laut untuk melihat tanggul dari dekat.

Perjalanan Republika diantar dua orang nelayan yang mengemudikan perahu motor. Jarak tempuh dari dermaga untuk mencapai ke tanggul itu hanya memakan waktu 5 menit.

Dari dekat, tanggul beton itu berdiri dengan kokoh di tengah laut. Keberadaan tanggul yang berbentuk huruf U itu seolah memisahkan kawasan yang bisa dan tidak bisa dilalui para nelayan. Di baliknya, tidak terlihat aktivitas perahu nelayan. 

"Ini kayaknya buat dermaga, pelabuhan batubara," kata Boy (38), salah seorang nelayan yang mengantar Republika ke laut siang itu.

Seperti Tole, Boy menilai, dampak yang paling dirasakan nelayan akibat kehadiran tanggul beton itu adalah hilangnya jalur melintas. Alhasil, para nelayan harus merogoh kocek lebih dalam untuk melaut lantaran jalannya saat ini mesti memutar.

Penampakan tanggul laut di perairan Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (11/9/2025).

"Sebelum ada tanggul, kami biasa habiskan lima liter solar. Setelah ada tanggul, bisa 10 liter. Kan memutar," kata dia.

Karena itu, ia menginginkan adanya sebuah musyawarah yang dilakukan oleh sejumlah pihak terkait untuk mencari solusi terkait masalah yang dihadapi para nelayan. Pasalnya, para nelayan selama ini tidak diberikan sosialisasi terkait pembangunan tanggul beton itu.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |