REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri memberikan penjelasan mengenai latar belakang keputusan perusahaan menggabungkan tiga anak usaha. PT Pertamina Patraniaga (PPN), Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Pertamina International Shipping (PIS) akan menjadi satu entitas.
Simon menerangkan, salah satu penyebab penurunan laba Pertamina adalah kondisi global. Permintaan menurun, sementara produksi kilang meningkat karena banyak kilang baru. “Dengan kondisi yang kurang favorable untuk kita, kilang ini marginnya semakin kecil. Tentunya secara keseluruhan, secara konsolidasi akan berpengaruh kurang baik ke bottom line perusahaan. Supaya lebih efektif, memang ada beberapa kajian di kita untuk menggabungkan antara KPI, PIS, dan PPN,” kata Dirut Pertamina di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Jumat (12/9/2025).
Saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada Kamis (11/9/2025), Simon mengatakan Pertamina tengah melakukan integrasi operasional di sektor hilir. Penggabungan PPN, KPI, dan PIS menjadi salah satu langkah strategis perusahaan.
Ia menyebutkan, langkah ini ditargetkan selesai pada akhir 2025. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis di seluruh lini perusahaan. “Integrasi ini penting agar setiap aktivitas operasional berjalan lebih efisien sekaligus menjaga reputasi perusahaan dan kepercayaan stakeholder,” ujar Simon.
Simon melanjutkan, Pertamina juga menyiapkan langkah strategis berupa spin-off untuk beberapa usaha non-core. Usaha di sektor penerbangan, asuransi, pelayanan kesehatan, hospitality, dan patrajasa akan dipisahkan atau digabung dengan perusahaan sejenis. Salah satu contoh yang tengah dijajaki adalah penggabungan Pelita Air dengan Garuda Indonesia.
Langkah ini sejalan dengan upaya Pertamina memperkuat sinergi dengan pemerintah. Perusahaan akan lebih aktif melakukan advokasi dan komunikasi kebijakan strategis agar keputusan yang diambil berdampak positif bagi perusahaan maupun negara. Menurut Simon, upaya ini merupakan bagian dari prioritas utama dalam menjalankan mandat nasional Pertamina.
Sebagai bagian dari penguatan organisasi, Pertamina membentuk Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis yang dipimpin Agung Wicaksono. Direktorat ini memiliki peran strategis melalui tiga pilar utama, antara lain menjadikan Pertamina lebih adaptif terhadap dinamika global dan nasional, mengintegrasikan keberlanjutan di seluruh bisnis sesuai target Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat, serta memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah.
“Direktorat ini berfungsi sebagai penggerak transformasi, memastikan setiap inisiatif perusahaan selaras dengan arah strategis Pertamina, sekaligus mendukung transisi energi nasional,” tutur Simon.
Ia menegaskan, Pertamina tetap fokus pada core business di bidang minyak, gas, dan energi terbarukan (EBT). Semua langkah transformasi dan spin-off dirancang untuk memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi tantangan global dan mendukung agenda transisi energi.