Produktivitas Sawit Rakyat Masih Rendah, BPDP dan Ditjenbun Targetkan 10.786 Petani Naik Kelas

3 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rendahnya produktivitas lahan sawit milik petani swadaya terus menjadi sorotan dalam pengembangan industri sawit nasional. Jika dibandingkan dengan kebun milik perusahaan swasta maupun BUMN, hasil kebun rakyat masih tertinggal jauh. Rata-rata produksi Crude Palm Oil (CPO) dari kebun swadaya hanya berkisar 3-4 ton per hektare per tahun.

Kondisi ini tentunya tidak hanya menurunkan daya saing petani kecil di pasar sawit global, tetapi juga menjadi tantangan serius dalam mendorong praktik perkebunan yang berkelanjutan. Salah satu penyebab utama yang diidentifikasi karena masih rendahnya keterampilan teknis dan manajerial para petani sawit swadaya.

Menjawab tantangan tersebut, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) menggelar program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara masif. Direktur Penyalur Dana Sektor Hilir BPDP, Mohammad Alfansyah menyampaikan program ini merupakan bagian dari skema pembiayaan strategis berbasis dana pungutan ekspor sawit, yang digunakan untuk mendukung peremajaan, riset, sarana-prasarana, hingga pendidikan petani.

"Tujuan utama dari program pengembangan SDM adalah menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar dapat memenuhi kebutuhan kriteria industri kelapa sawit berkelanjutan," ujarnya, Jumat (12/9/2025).

Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Direktorat Jendral Perkebunan, Ir Baginda Siagian menyampaikan bahwa pelatihan ini menyasar ribuan petani sawit swadaya dari berbagai wilayah sentra sawit nasional, termasuk pengurus koperasi (KUD) dan pendamping daerah.

Tahun 2025, BPDP menargetkan pelatihan bagi 10.786 peserta dari 17 provinsi penghasil sawit menjadi peserta pelatihan program ini.

"Para peserta pelatihan yang berasal dari berbagai wilayah penghasil sawit ini mengikuti pelatihan melalui undangan berdasar Data Rekomendasi Teknis (rekomtek). Rekomtek berisi daftar peserta ini diajukan oleh Dinas Perkebunan masing-masing wilayah yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan," ucapnya.

Direktur LPP Agro Nusantara, sebagai mitra penyelenggara pelatihan, Pranoto Hadi Raharjo menyampaikan untuk menjawab kesenjangan produktivitas, pelatihan disusun secara komprehensif. Selain materi klasikal di ruang kelas, peserta juga mendapatkan praktik langsung di lapangan. Materi mencakup budidaya sawit berkelanjutan, teknik panen dan pascapanen yang efisien, penguatan kelembagaan, pengelolaan keuangan, promosi hasil sawit, hingga pemetaan lokasi kebun.

"Melalui bentuk pelatihan seperti ini, pekebun tidak hanya mengerti secara teori, tetapi juga mampu mempraktikkannya di kebun masing-masing," ungkapnya.

Sebagai mitra yang telah dipercaya sejak 2016, LPP Agro Nusantara mendapatkan mandat untuk melatih 2.066 peserta dari total target pelatihan yang menyasar 10.786 peserta dari 17 provinsi penghasil sawit tersebut. Angka ini meningkat dari 1.339 peserta yang dilatih pada tahun sebelumnya. Pelatihan akan dilakukan dalam 71 kelas, mencakup 11 jenis pelatihan teknis dan manajerial, tersebar di 9 provinsi utama antara lain Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Papua Barat, dan Sulawesi Barat.

"Investasi pada pengembangan SDM merupakan langkah strategis untuk membangun masa depan perkebunan Indonesia yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan," ungkap Suhendri, Direktur SDM & TI PT Perkebunan Nusantara IV Subholding Perkebunan.

Lewat pelatihan ini diharapkan mampu menjawab permasalahan rendahnya produktivitas kebun sawit rakyat, serta memperkuat daya saing petani swadaya di pasar nasional dan global. Dengan peningkatan kapasitas SDM, pemerintah juga dapat mendorong terciptanya sistem perkebunan kelapa sawit yang tidak hanya produktif, tapi juga berkelanjutan. 

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |