Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal (Mayjend) Abdolrahim Mousavi.
REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal (Mayjend) Abdolrahim Mousavi menegaskan bahwa Iran akan berdiri di sisi Qatar. Dia mengatakan pemerintah, bangsa, dan angkatan bersenjata Qatar harus mengetahui sikap Iran ini.
Mayjend Mousavi menyampaikan hal ini pada Kamis (11/9/2025) dalam percakapan telepon dengan Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Qatar, Saoud bin Abdulrahman Al Thani.
Mayjend Mousavi mengatakan bahwa Iran dengan tegas mengutuk serangan Israel ke Qatar. Ia menegaskan bahwa militer Iran tidak akan ragu mendukung Qatar, dengan menekankan hubungan persaudaraan antara kedua negara.
Ia menambahkan bahwa Iran tidak akan meninggalkan Qatar menghadapi musuh-musuhnya. Khususnya, rezim Israel yang ia sebut sebagai kriminal dan sumber utama ketegangan serta ketidakstabilan di kawasan.
Ia juga mengatakan bahwa dukungan tanpa syarat Amerika Serikat terhadap pendudukan, penindasan, dan pembunuhan rakyat Palestina, serta invasi ke negara lain, telah membuat rezim Israel semakin berani.
Mayjend Mousavi menambahkan bahwa serangan ke Qatar tidak mungkin terjadi tanpa "lampu hijau" dari Washington. Mousavi juga menegaskan bahwa tanpa dukungan langsung maupun tidak langsung dari Barat, Israel tidak akan mampu melanjutkan keberadaannya.
Pada perbincangan itu, Al Thani mengapresiasi dukungan dari Iran. Dia mengatakan Israel tidak mematuhi norma maupun prinsip apa pun. Israel telah melanggar seluruh batas merah, standar internasional, serta protokol diplomatik.
Ia menambahkan bahwa serangan tersebut dimaksudkan untuk melemahkan upaya Qatar dalam menemukan solusi damai bagi krisis Gaza.
Seperti diketahui, serangan Israel yang menyasar para pimpinan Hamas di Doha, Qatar, pada Selasa malam mengirimkan gelombang kejut ke Timur Tengah. Meski begitu, serangan tersebut gagal mencapai tujuannya, yakni membunuh para petinggi Hamas yang tengah merundingkan gencatan senjata.
Dalam pernyataan resmi pertamanya setelah serangan di Doha, Hamas mengatakan serangan Israel bertujuan untuk menggagalkan gencatan senjata dan perundingan pertukaran tahanan.
Kelompok tersebut juga mengonfirmasi bahwa para pemimpin utamanya selamat dari upaya pembunuhan tersebut sementara enam orang lainnya, termasuk putra kepala biro politik Hamas Khalil al-Hayya dan salah satu pembantunya, serta seorang perwira Qatar, syahid.