REPUBLIKA.CO.ID, DOHA— Uni Emirat Arab (UEA) dan Yordania pada Kamis (12/9/2025) mengutuk pernyataan permusuhan yang dibuat oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap Qatar, lapor Anadolu.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan bahwa keamanan dan stabilitas Qatar adalah bagian integral dari negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
UEA menekankan setiap serangan terhadap negara anggota GCC merupakan serangan terhadap kerangka kerja keamanan kolektif Teluk.
Kementerian tersebut menyuarakan penolakan tegas UEA terhadap pernyataan Netanyahu, yang merupakan ancaman di masa depan terhadap Qatar.
UEA memperingatkan retorika semacam itu merusak stabilitas regional dan mendorong kawasan itu ke arah lintasan yang sangat berbahaya.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk keras ancaman permusuhan dan pernyataan eskalasi yang tidak dapat diterima dari Perdana Menteri Israel terhadap Qatar dan upaya putus asa untuk membenarkan agresi Israel yang terang-terangan terhadapnya.
Pernyataan tersebut menegaskan solidaritas penuh Kerajaan dengan Negara Qatar, keamanan, stabilitas, kedaulatan, integritas teritorial, dan warga negaranya, serta dukungannya terhadap tindakan apa pun yang mungkin dilakukan Qatar untuk melindungi keamanan dan kedaulatannya.
Kementerian tersebut juga memperbarui seruannya kepada komunitas internasional untuk memikul tanggung jawab hukum dan moralnya, memaksa Israel untuk menghentikan agresinya di Gaza, eskalasi berbahaya di Tepi Barat, dan pelanggarannya terhadap kedaulatan negara dan Piagam PBB.
Pernyataan Netanyahu tersebut muncul di tengah meningkatnya kritik internasional terhadap serangan mematikan Israel terhadap para pemimpin Hamas di ibukota Qatar, Doha, pada Selasa (8/9/2025).
Kementerian dalam Negeri Qatar mengatakan bahwa suara yang terdengar di Doha disebabkan oleh penargetan salah satu markas besar Hamas.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Qatar mengutuk "serangan pengecut Israel yang menargetkan markas besar tempat tinggal sejumlah anggota biro politik Hamas di Doha."
Pernyataan tersebut menekankan bahwa serangan kriminal ini merupakan pelanggaran terhadap semua hukum internasional dan ancaman serius terhadap keamanan dan keselamatan warga Qatar. “Penyelidikan sedang berlangsung di tingkat tertinggi, dan rincian lebih lanjut akan diumumkan segera setelah tersedia,” kata kementerian itu.
"Anda harus mengusir mereka (Hamas) atau membawa mereka ke pengadilan. Karena jika Anda tidak melakukannya, kami akan melakukannya," kata Netanyahu kepada Qatar pada hari Rabu (9/9/2025).
Netanyahu menyamakan serangan Israel ke Doha dengan pengejaran Amerika Serikat terhadap Al-Qaeda setelah serangan teroris 11 September 2001.
Qatar dengan cepat menolak perbandingan tersebut dan menyebutnya sebagai pembenaran baru yang menyedihkan atas praktik-praktik pengkhianatan Israel dan pelanggaran yang sembrono terhadap kedaulatannya.
Serangan Israel menewaskan lima anggota Hamas dan seorang petugas keamanan Qatar. Hamas mengkonfirmasi bahwa pimpinannya selamat dari serangan tersebut.
Qatar mengutuk serangan tersebut sebagai tindakan pengecut dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional seraya memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan mentoleransi perilaku sembrono Israel.
Negara Teluk tersebut, bersama dengan AS dan Mesir, telah memainkan peran sentral dalam upaya untuk memediasi diakhirinya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 64.700 warga Palestina sejak Oktober 2023.