REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setiap orang pernah merasa cemas saat bekerja dengan deadline yang ketat, ditinggalkan orang yang disayangi, atau saat menghadapi ragam persoalan kehidupan. Namun tahukah anda? American Psychiatric Association mengungkap jika 30 persen manusia di dunia akan mengalami gangguan kecemasan alias anxiety disorder setidaknya sekali dalam hidupnya.
Meski umum terjadi, isu kesehatan mental masih sering disalahpahami, bahkan oleh mereka yang mengalaminya. Praktisi kesehatan Felicia Kawilarang, menjelaskan, perjalanan panjangnya menghadapi kecemasan hingga depresi akhirnya menumbuhkan sebuah panggilan hati. Ia tergerak menghadirkan ruang aman bagi perempuan melalui platform Ryse and Shyne, yang ia dirikan pada Mei lalu.
Mantan Chief Marketing Officer (CMO) Halodoc tersebut mengaku sudah merasakan kecemasan sejak kecil, meski saat itu belum memahami apa yang dialaminya. “Saya mengalami anxiety sejak kecil tapi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Di masa itu, isu kesehatan mental belum banyak dibicarakan. Baru setelah kuliah saya mulai menyelami, konsultasi dengan ahli, dan akhirnya mendapat diagnosa klinis bahwa saya mengalami general anxiety. Dari situ, saya lebih paham cara menghadapinya,” kisah Felicia.
Namun, perjalanan tidak berhenti di situ. Beberapa tahun lalu, Felicia menghadapi titik balik besar dalam hidupnya. “Saat itu saya merasa segala hal dalam hidup, baik karier maupun hubungan, sudah tersusun dengan matang dan berjalan sesuai rencana. Namun, tiba-tiba semuanya berubah drastis. Saya merasa kehilangan kendali atas hidup saya, dan di situlah saya mulai mengalami depresi,” kenangnya.
Pengalaman itu yang menggerakkan Felicia untuk menciptakan ruang aman bagi perempuan yang merasakan hal serupa. “Ketika akhirnya saya berhasil pulih dari depresi, saya merasa kesembuhan ini harus punya makna lebih. Saya ingin membangun tempat agar perempuan bisa merasa aman, berdaya, dan pulih bersama. Tempat di mana mereka bisa saling terhubung, saling mendukung, tanpa takut dihakimi atau malu menjadi dirinya sendiri,” tambah Felicia.
Melalui Ryse and Shyne, Felicia membawa visi untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental perempuan di Indonesia. “Isu kesehatan mental tidak boleh dianggap sebagai aib. Gangguan kesehatan mental bisa dialami siapa pun, tidak peduli latar belakang, cerita hidup atau kesuksesannya. Sayangnya, stigma dan mispersepsi masih begitu kuat, terutama terhadap perempuan. Semakin seseorang menyangkal apa yang ia alami, semakin sulit untuk dikelola dengan tepat. Justru penerimaan adalah langkah pertama menuju pemulihan.”
Healing adalah Proses, Bukan Garis Lurus Bagi Felicia, proses penyembuhan tidak bisa diburu-buru apalagi dipaksakan. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing. “Tidak ada satu solusi untuk semua. Ada yang merasa terbantu dengan meditasi, ada yang cocok dengan journaling, ada pula cara lain. Yang terpenting, kita 1 American Psychiatric Association, Anxiety Disorders, (2024) mampu duduk bersama perasaan yang tidak nyaman, memahami perubahan, menerima dan mencintai diri apa adanya.
Dari sana kita bisa menemukan kebahagiaan lewat momen-momen kecil.” Lewat Ryse and Shyne, Felicia ingin mengubah perjalanan personalnya menjadi gerakan yang lebih besar, sebuah ekosistem yang lebih sehat untuk perempuan Indonesia. “Setiap perempuan berhak punya ruang untuk didengar, untuk pulih, dan untuk tumbuh kembali. Saya percaya, ketika perempuan saling mendukung, tidak ada yang perlu merasa sendirian dalam perjalanan healing mereka,” pungkas Felicia.